Thursday, October 9, 2014

ONE HEART IMPOSSIBLE

Penatnya isi hati dan kepalaku yang harus dikeluarkan melalui tulisan-tulisan yang bisa berguna bagi banyak makhluk hidup di muka bumi ini. Tidak pernah terbayangkan bahkan untuk mimpipun jauh jauh dan sangatlah jauh, namun inilah kenyataan yang harus dihadapi dengan keikhlasan pasrah tanpa batas waktu bersabar yang tidak bertepi. Ketidaknyamanan yang harus aku hadapi menelan obat pahit yang sangat menyelekit menoreh luka yang perih layaknya luka yang diteteskan jeruk nipis yang menyebabkan rasa ngilu. Aku interospeksi diri yang lemah ini merenungkan perjalanan hidup sejak dilahirkan 42 tahun yang lalu dan sangat membingungkan tanpa arah tujuan hidup yang orang lain merasakan arti kehidupan aku bagi mereka. Masih adakah rasa kasih sayang mereka terhadap diriku dan berharap Allah yang sangat menyayangiku dan menuntunku mendapatkan hidayah menjadi tegar dalam menjalankan hidup ini dengan selalu tersenyum lebar selebarnya. Aku menjadi tidak yakin untuk apa aku berada di dunia ini yang penuh kepalsuan tanpa ada yang ikhlas memberikan pertolongan tanpa pamrih. Semua dihitung berdasarkan rupiah yang dikeluarkan bukan tujuan kemanusiaan. Benar pendapat orang-orang yang berpikir bahwa tidak mudah mencari pengganti pendamping hidup yang sakinah mawadah warrahmah. 14th yang lalu aku menikah dengan mantan suami saja tidak yakin karena hanya untuk status. Bila melihat kenyataan saat ini rasanya mendingan menjadi perawan tua selamanya tanpa beban apapun. Allah memberikan kepercayaan 2 anak laki-laki yg sholeh dan ganteng-ganteng membuat diriku ini tetap kuat. Apalah arti cinta bila kita sendiri kurang mencintai Allah melebihi cinta pada diri sendiri. Sungguh menyayat hati apa yang sudah terjadi. Big love apanya hanyalah gombal istilah satu saja gak habis yah ternyata benar-benar habis. Hati ini beku frozen tidak ada cinta. Lagi pula mana ada yang ikhlas mencintai aku beranak dua laki-laki memerlukan adaptasi yang tidak mudah seperti pendapat teman lama. Mungkinkah laki-laki dewasa yang lebih dewasa dan matang melihat diriku apa adanya. Sudah habis air mata ini tinggal air mata darah saja yang belum bisa keluar mungkin juga tidak keluar selamanya. Orang Amerika mana yang bisa melihat aku apa adanya. Salahkah perasaanku ini. Hari demi hari kulalui dengan kekuatan pertolongan Allah. Aku tidak perlu dikasihani ketika aku menangis sudah tidak ada lagi bahu yang menjadi tempat aku berlabuh, tidak ada sosok yang dapat aku peluk dengan kehangatan dan berbicara tertawa tanpa beban. Sumber masalah dalam diriku sendiri, tiada guna menyalahkan orang lain.

No comments:

Post a Comment